BANDA ACEH/liputaninvestigasi.com - Berkaitan dengan naiknya harga tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U), Executive Gener...
BANDA ACEH/liputaninvestigasi.com - Berkaitan dengan naiknya harga tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U), Executive General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Yosuwagiyono mengatakan bahwa dalam menaikkan tarif PJP2U yang dilakukan oleh Menteri Perhubungan RI sudah melalui survey yang dilakukan oleh Indonesia National Air Carriers Association (INACA) yang merupakan sebuah Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia yang didirikan oleh para pengusaha perusahaan penerbangan pada tanggal 15 Oktober 1970. Rabu (10/7/2019).
INACA berfungsi sebagai wadah persatuan antara perusahaan-perusahaan angkutan udara dan kegiatan-kegiatan penerbangan nasional lainnya yang ada di Indonesia. Setelah survey yang dilakukan oleh INACA dapat diambil kebijakan bahwa di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) dapat menaikkan tarif PJP2U.
Karena, pengajuan yang di lakukan oleh Bandara SIM ke INACA sejak tahun 2011 dan baru dinyatakan layak pada tahun 2019 ini setelah fasilitas dan infrastruktur yang ada di Bandara SIM telah memenuhi syarat dari INACA. Tidak hanya dari survei yang dilakukan oleh INACA tetapi juga dari ILKA, Jasa angkutan dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan naiknya harga tiket pesawat yang begitu tinggi sebenarnya Pemerintah lewat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengatur jadwal penerbangan dengan harga murah atau low cost carrier (LCC). Sekretaris Kementerian Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan penerbangan dengan harga murah itu dijadwalkan pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.
"Pertama untuk LCC domestik pada setiap Selasa, Kamis dan Sabtu. Jadi yang akan kita berikan tiket yang murah pada Selasa, Kamis dan Sabtu, yaitu antara jam 10.00 sampai 14.00 waktu lokal time di masing-masing bandara," kata Susi
Yosuwagiyono juga menerangkan bahwa di Bandara SIM belum menerapkan hal tersebut karena masih wacana dan akan direalisasikan pada tanggal 11 Juli 2019 nanti.
Berkaitan dengan kondisi bandara SIM yang disebut sebagai bandara rugi, apalagi pada awal 2019 lalu bandara SIM mengalami kerugian sebesar Rp42 Milyar. Ruginya bandara kebanggaan masyarakat Aceh itu akibat menurunnya jumlah penumpang yang tiba dan berangkat, sehingga berdampak ke sejumlah airlines yang ikut membatalkan penerbangannya ke Aceh.
Yosuwagiyono mengatakan Penerbangan di Bandara SIM setiap tahunnya hanya sekitar Rp1,27 juta penumpang, apalagi dengan kondisi penerbangan yang sedang menurun saat ini, semakin memperkeruh keadaan. Untuk membuat Bandara SIM menjadi bandara yang bisa memperoleh keuntungan membutuhkan sekitar 3 juta penumpang baik yang datang maupun yang berpergian.
Dan sampai saat ini bandara SIM tetap bisa beroperasi karena sekitar 80% biaya operasional bandara SIM berasal dari subsidi pemerintah dan subsidi keuntungan dari Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Kuala Namu, dan lain-lain.
"Perkara kerugian saya tidak bisa juga berbuat banyak karena penumpang itu bukan memilih bandara penerbangannya tapi mereka bertujuan untuk ke Aceh ya salah satu Alternatifnya dengan menggunakan Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM).
Beliau juga berharap adanya kerjasama yang baik antara seluruh pemerintah Aceh untuk menunjang perekonomian, pariwisata, kearifan lokal dan hal lain sehingga menjadi salah satu penunjang kenaikan jumlah penumpang," demikian ungkapnya.
Sementara Sekjen BEM Unsyiah, Sumardi mengharapkan pemerintah Aceh untuk lebih giat mempromosikan Aceh, baik dari segi kuliner, pariwisata, hubungan kerjasama lain bahkan event nasional dan internasional yang di rasa perlu untuk menunjang perekonomian, sosial kemasyarakatan Aceh dan semuanya itu juga akan dapat menguntungkan semua pihak termasuk Bandara SIM dan pemerintah setempat.
Sumardi menambahkan Untuk bandara SIM jika terdapat kebijakan baru atau hal-hal yang berkaitan dengan kenaikan tarif di harapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui tentang informasi tersebut dan dapat memudahkan masyarakat dalam menggunakan transportasi jalur udara.
"Kita berharap adanya kerjasama dan koordinasi dari berbagai elemen agar dapat menunjang kemajuan Aceh," tuturnya.