Bireuen/liputaninvestigasi.com - Terkait insiden penikaman terhadap salah satu Ustadz penceramah di Kabupaten Aceh Tenggara mendapat tanggap...
Bireuen/liputaninvestigasi.com - Terkait insiden penikaman terhadap salah satu Ustadz penceramah di Kabupaten Aceh Tenggara mendapat tanggapan serius dari Panglima Laskar Pembela Islam (LPI) Kabupaten Bireuen Tgk Iskandar atau sering disapa Tuih Alkhair.
“Saya sebagai santri dayah dan juga atas nama Panglima LPI Kabupaten Bireuen sangat menyesalkan insiden berdarah yang dilakukan oleh pihak yang anti ulama dan anti agama (komunis) yang mulai melakukan aksinya di Aceh,” ujarnya, Jumat 30 Oktober 2020.
Menurutnya, upaya pembunuhan terhadap penceramah atau ustad, selama ini sudah sering terjadi di luar Aceh, tapi kini sudah mulai terjadi di Aceh, sehingga dianggap merupakan aib bagi Aceh.
“Ini sangat memalukan Aceh, karena Aceh Serambi Mekkah sangat dikenal daerah yang sangat mencintai Ulama, Ustad, Habaib dan Tgk-tgk pendakwah, maka sangat disayangkan jika insiden seperti ini terjadi di Aceh,” katanya dengan nada kecewa.
Itu sebabnya, Panglima LPI Bireuen mengajak kepada seluruh Ormas Islam dan santri seluruh Aceh untuk meningkatkan kewaspadaan, serta meningkatkan pengawalan terhadap ulama, ustadz dan teungku-teungku dayah dimanapun berada.
"Saat ini kita jangan cuma diam terhadap insiden tersebut, kita harus bangkit bersatu dalam menjaga ulama, jangan sampai ulama kita terus dihabisi oleh orang-orang jahat, dan jangan-jangan pelakunya adalah Komunis PKI," kata Panglima LPI dan juga aktivis muda ini.
Tuih juga menjelaskan, kini upaya pembunuhan terhadap ustadz atau penceramah, sedang populer (ngetren) di Indonesia. “Dan yang aneh tidak ada upaya dari aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas sampai ke akar-akarnya serta memberi hukum yang berat bagi pelaku.
“Kita heran, seandainya penyerangan atau pembunuhan terjadi terhadap warga asing atau non muslim, maka pasti sangat cepat diusut tuntas dan pelakunya langsung divonis teroris dan akan dikenakan pasal terorisme, bahkan tidak ada ampunan hukum,” sambungnya.
Tapi, lanjutnya, perlakuan justru tidak sama ketika terjadi penusukan atau teror lainnya terhadap umat Islam, tokoh Islam atau ulama. Malah ia menyebut sering divonis gila.
Tuih Alkhair sangat heran dengan apa yang sedang terjadi di negeri ini. “Apakah negeri ini tak ada perlindungan lagi bagi tokoh Islam dan pribumi? Apakah negeri ini cuma milik kelompok dan memengang hukum suka-suka?” tanyanya.
“Maka saya mengajak kepada seluruh santri yang ada di Aceh untuk segera bangkit. Jika aparat keamanan yang digaji dengan uang rakyat tidak lagi mampu melayani rakyat dengan aman, maka sudah waktunya kita ambil alih untuk menjaga ulama dan tokoh umat” tegas Tuih Alkhair dengan nada tinggi.
Panglima LPI Bireuen itu juga mengingatkan kepada aparat penegak hukum agar tidak pilih kasih dalam memberikan pelayanan dan pengamanan terhadap masyarakat.
"Kita berharap pihak penegak hukum harus betul-betul serius dalam memberikan pelayanan dan keamanan terhadap masyarakat apalagi korban adalah seorang ulama muda yang selalu memberi penerang bagi kita semua," tegas aktivis Bireuen ini.
Selain itu, Panglima LPI Bireuen juga berharap insiden berdarah di Aceh Tenggara menjadi yang pertama dan terakhir di Aceh.
"Kita meminta aparat penegak hukum untuk secepatnya mengusut tuntas siapa aktor dibelakang layar dan apa motif dari insiden berdarah tersebut dan jika hal ini dianggap sepele, maka jangan salahkan rakyat jika membuka pengadilan jalanan dan menghakimi sesuai dengan kehendak rakyat,” tutup Tuih dengan nada kesal.