Aceh Utara/liputaninvestigasi.com - Tim Mahasiswa Pecinta Sejarah (MAPS) melakukan expedisi cagar budaya makam masa kesultanan Sumatra Pa...
Aceh Utara/liputaninvestigasi.com - Tim Mahasiswa Pecinta Sejarah (MAPS) melakukan expedisi cagar budaya makam masa kesultanan Sumatra Pasai tepatnya di Desa Gampong Buket, Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara. Minggu (21/5/2023)
Kegiatan Expedisi kali ini merupakan peninjauan yang kedua kalinya sekaligus ziarah ke beberapa lokasi tinggalan sejarah yang penting di Kuta makmur.
Serangkaian kegiatan ekspedisi tim berhasil menemukan kompleks-kompleks makam tua di wilayah tersebut, antara lain di sebuah kompleks makam batu badan di Kecamatan Kuta Makmur tersebut.
Kompleks makam tersebut, yang letaknya tidak jauh dari pusat pasar Buloh Blang Ara, Keberadaan nisan ini telah diketahui oleh masyarakat, namun mereka awam terhadap keberadaan dan berita tentang nisan-nisan tipologi pasai itu. Nisan berbatu badan namun tidak memuat inskripsi.
"Berawal dari informasi adanya salah satu toponim Dusun batee Badan lalu tim bergerak ke lokasi untuk mencari tau keberadaannya sekaligus melaksanakan Kegiatan ekspedisi dan penyisiran," ungkap Misbahul Kausar Ketua ekspedisi kali ini.
Lanjutnya, setibanya ditempat, tim menemukan sebaran nisan yang sangat luas, ratusan pasang nisan telah tertancap di pinggir sungai krueng lhok buloh sekitar 500-600 tahun silam.
Dalam Ekspedisi hari ini, tim berhasil menziarahi sedikitnya 6 titik lokasi makam di wilayah Gampong Buket, kemudian beranjak ke waduk Lhok gajah ±2 Km dari temuan nisan berbatu badan tim MAPS (Mahasiswa Pencinta Sejarah) kembali menemukan beberapa Kompleks makam tipologi pasai abad 14-16 M.
"Selama Ekspedisi di wilayah Kuta Makmur, Tim masih belum menemukan nisan berepitaf yang menjadi target utama, namun penyisiran terus kita lakukan untuk menjaga keselamatan tinggalan sejarah," katanya.
Dalam expedisi tersebut turut hadir sebagai pengarah Tengku Husaini Usman (Chik abu) Bang Azland Asyura Tu Ahmad Akhirat Bang Arya Purbaya dan Bang Rizki Wahyudi, mahasiswa pecinta sejarah (MAPS) dan juga turut hadir tokoh masyarakat setempat.(N/ Munawir)